Ancaman ‘Zombi’ Haji 2026: Jemaah Tak Fit dan Bahaya Kesehatan yang Diabaikan
Ancaman “Zombi” di Tanah Suci: Ketika Jemaah Haji 2026 Berangkat Tanpa Kesiapan Fisik

Jakarta, Fenomena jemaah Haji yang berangkat tanpa persiapan fisik kembali menjadi sorotan jelang musim Haji 2026. Ancaman kesehatan serius ini sampai dijuluki sebagai potensi kemunculan “zombi” di Tanah Suci—menggambarkan kondisi jemaah yang tiba dalam keadaan sangat lemah, sakit, hingga tidak mampu menjalani rangkaian ibadah. Peringatan ini, yang dilansir Liputan 6, disampaikan langsung oleh Ketua Umum Perhimpunan Kedokteran Haji Indonesia (PERDOKHI), Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpKFR, MARS, AIFO-K.
Menurutnya, Haji bukanlah sekadar perjalanan spiritual, tetapi juga ritual fisik yang sangat menuntut stamina. Karena itulah, keberangkatan tanpa kesiapan kesehatan dapat menyebabkan masalah serius, bahkan kematian.
Fenomena ‘Zombi’ dan Kondisi Jemaah yang Tidak Fit
Syarief dengan tegas mengingatkan bahwa pemerintah dan tenaga medis harus berhati-hati dalam memberikan izin kelayakan kesehatan bagi jemaah. Ia menekankan bahwa adanya jemaah yang berangkat padahal tidak sehat dapat memicu fenomena yang ia sebut sebagai “zombi-zombi”—orang yang tiba dalam kondisi fisik sangat lemah, tidak sanggup beraktivitas, hingga akhirnya sakit berat saat menjalankan ibadah.
"Kita jangan sampai membawa 'zombi-zombi' ke Arab Saudi. Artinya, jemaah yang tidak fit, tidak siap secara fisik, lalu sampai di sana langsung sakit atau bahkan meninggal," kata Syarief dalam sebuah acara kesehatan Haji. Peringatan ini bukan tanpa alasan.
Data Kementerian Agama per Juni 2025 menunjukkan bahwa pada musim haji 2025, lebih dari 22 persen jemaah (sekitar 44 ribu orang) adalah lanjut usia. Angka ini terus meningkat setiap tahun, dan mayoritas dari mereka memiliki penyakit bawaan atau komorbid.
Lonjakan Jemaah Rentan dan Tingginya Risiko Kematian
Jemaah lansia dan penyandang komorbid menjadi kelompok paling rentan. Peningkatan jumlah jemaah yang membawa sepuluh komorbid terbanyak juga menambah beban risiko kesehatan.
Syarief menambahkan bahwa banyak kasus kematian bahkan terjadi di hotel, bukan saat melakukan aktivitas ibadah. Penyebabnya adalah penyakit bawaan yang tidak terdeteksi atau tidak dikontrol dengan baik sebelum keberangkatan.
Fakta ini membuat pemerintah Arab Saudi beberapa kali mengeluarkan teguran diplomatik kepada Indonesia. Masalah terbesar yang disorot adalah banyaknya jemaah yang berangkat tanpa memenuhi istiṭho’ah kesehatan, yaitu kemampuan fisik yang cukup untuk menjalankan seluruh rangkaian ibadah.
"Pemeriksaannya harus benar. Jangan sampai dokter mengisi asal-asalan lalu jemaah berangkat dalam kondisi kurang fit," tegas Syarief.
Lonjakan Arus Umrah dan Ancaman Penyakit Menular

Tak hanya Haji, arus jemaah Umrah juga meningkat drastis. Indonesia mengirim sekitar 3 juta jamaah Umrah setiap tahun, dengan rata-rata 150.000–200.000 orang per bulan.
Kerumunan jutaan orang dari berbagai negara membuka peluang penyebaran penyakit infeksi. Virus atau bakteri yang dibawa dari negara asal dapat menular dengan cepat di lokasi padat seperti Masjidil Haram, Masjid Nabawi, atau area tawaf.
"Banyak sekali infeksi penularan karena begitu banyak orang berkumpul dan membawa virus dari berbagai negara," jelas Syarief.
Dengan semakin masifnya mobilitas ini, persiapan kesehatan tak boleh dianggap remeh. Terlebih, aktivitas fisik selama Haji cukup ekstrem—mulai dari berjalan kaki 6–8 kilometer per hari, paparan panas, hingga kelelahan akibat perjalanan panjang.
Tanpa fisik yang prima, risiko dehidrasi, kolaps, hingga kematian dapat meningkat signifikan.
Kewajiban Vaksin Meningitis Konjugat: Perlindungan yang Tidak Boleh Diabaikan
Di tengah berbagai ancaman itu, vaksinasi menjadi salah satu syarat wajib yang harus dipenuhi calon jemaah Haji dan Umrah. Salah satunya adalah vaksin meningitis konjugat, yang diwajibkan oleh Pemerintah Arab Saudi untuk mencegah wabah meningitis.
Vaksin ini harus diberikan paling lambat 10 hari sebelum keberangkatan di fasilitas kesehatan resmi yang dapat menerbitkan e-ICV (Electronic–International Certificate of Vaccination).
Menurut Syarief, kebijakan vaksin meningitis konjugat terbukti efektif mengendalikan penyebaran meningokokus invasif, terutama setelah peningkatan kasus pada musim Haji dan Umrah tahun 2001.
Bahaya Penyakit Meningitis Invasif dan Cara Penularannya
Satgas Imunisasi Dewasa PAPDI, dr. Suzy Maria, Sp.PD-KAI, MSc, turut menjelaskan mengenai risiko meningitis. Penyakit ini dikenal sebagai invasive meningococcal disease (IMD) dan disebabkan oleh bakteri Neisseria meningitidis.
Penularannya terjadi melalui droplet, seperti percikan batuk, bersin, atau kontak dekat dengan orang yang terinfeksi. Hal ini membuat ibadah Haji dan Umrah menjadi lokasi yang sangat berisiko, mengingat kondisi kerumunan ekstrem.
Suzy menegaskan bahwa IMD adalah penyakit mematikan. Dalam banyak kasus, penyakit ini bisa menyebabkan kematian dalam waktu kurang dari 24 jam sejak gejala muncul. Dan sekalipun pasien sembuh, sering kali meninggalkan gejala sisa seperti:
- hilang pendengaran,
- kejang,
- gangguan otak,
- hingga amputasi.
Karena itu, vaksin meningitis bukan hanya formalitas tetapi perlindungan krusial.
Persiapan Fisik: Kunci Menghindari Fenomena “Zombi”
Selain vaksinasi, kesiapan fisik adalah aspek yang tak bisa ditawar. Beberapa langkah penting sebelum berangkat:
1. Pemeriksaan Kesehatan Menyeluruh
Termasuk pemeriksaan jantung, gula darah, tekanan darah, fungsi ginjal, dan kondisi komorbid lainnya. Dokter harus jujur dan tegas dalam memberikan rekomendasi.
2. Latihan Fisik Rutin
Sederhana tetapi konsisten:
- Jalan kaki 3–5 km per hari
- Latihan kekuatan ringan
- Pengaturan napas dan ritme berjalan
3. Kontrol Penyakit Komorbid
Jangan melakukan perjalanan sebelum penyakit stabil, terutama:
- diabetes,
- hipertensi,
- penyakit jantung,
- penyakit paru,
- ginjal.
4. Edukasi Kesehatan Pra-Haji
Jemaah perlu memahami:
- pola aktivitas selama Haji,
- risiko kelelahan,
- pentingnya hidrasi,
- cara mengenali gejala sakit sejak awal.
Dengan persiapan yang matang, fenomena “zombi” yang dikhawatirkan dapat dihindari.
Jangan Berangkat Bila Tidak Siap
Ancaman “zombi” bukan istilah sensasional, tetapi gambaran nyata kondisi jemaah yang berangkat tanpa kesiapan fisik dan mental. Lonjakan jemaah lansia, komorbid, serta tingginya risiko infeksi membuat persiapan kesehatan menjadi hal wajib, bukan sekadar pelengkap.
Melalui pemeriksaan kesehatan yang benar, disiplin vaksinasi—termasuk meningitis konjugat—serta persiapan fisik yang memadai, jemaah dapat menjalani Haji dan Umrah dengan aman dan khusyuk.
Jelang Haji 2026, pemerintah, tenaga medis, dan jemaah harus bekerja sama memastikan bahwa hanya mereka yang benar-benar mampu secara fisik yang diberangkatkan. Dengan begitu, risiko kematian, kelelahan ekstrem, dan wabah penyakit dapat ditekan
